Senin, 29 Maret 2010

KELAS DUNIA ONDERDIL PURBALINGGA

KELAS DUNIA ONDERDIL PURBALINGGA



Rumah kelir hijau di Desa Patemon, Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah, itu terlihat sederhana. Namun dari rumah milik Agus Adi Atmaja itulah lahir perlengkapan otomotif kelas unia. Tak kurang dari merek mewah, seperti Mercedes Benz dan turunan modifikasinya semacam AMG dan Remus, telah menggunakan produk buatan buatan pria berumur 41 Tahun yang dikenal dengan nama Agus Knalpot itu.

Agus memulai usaha pada puncak krisis moneter, tahun 1998-1999. Ketika itu, daerah Sayangan, Purbalinnga, menjadi sentra knalpot sejak 1070-an, dipelopori oleh Sultoni. Namun bengkel di sana kebanyakan membuat knalpot dari bahan logam bekas.

Sebelumnya, sejak 1950-an, kawasan itu memang terkenal sebagai pusat kerajinan logam. “pada pertengan tahun 1990-an, bisnis knalpot Sayangan dalam masa keemasan,”kata Agus. Namun, pada tahun 1995, usaha knalpot Sayangan mulai turun. Tatkala krisis moneter mendera, sentra knalpot di Purbalingga benar-benar kolaps.

Kondisi itu menurut Agus, lantara terjadi kejenuhan pasar serta tiadanya inovasi produk dan manajemen. Nah, beberapa pemain baru, termasuk Agus, muncul dan melakukan beberapa inovasi. “Bahan, desain, manajemen, sampai pemasaran dibut dengan gaya baru,” kata lulusan STM Purbalingga dan jeboloan fakultas teknik sebuah kampus di Solo serta desain ITB itu.

Usaha produksi knalpot-knalpot bajakan, seperti merek Remus dan HKS, disamping merek Vanvolker, terus berkembang. Bila pada awal usaha Agus menggunakan bahan dari Drum bekas, sejak 2004 knalpot buatannya memakai bahan stainless stell. Bahannya dipasok sebuah pabrikan di Jakarta, dengan harga terendah se-Indonesia.

Untuk produksi, kini ia menghabiskan 1 ton stainless steel dalam waktu dua bulan. Dengan 10 karyawan, kapasitas produksinya bias didongkrak hingga 600 knalot perbulan.

Untuk memperluas pasar, Agus sering ikut pameran, terutama di Jakarta pada 2004, ia bertemu Wakil Mercedes Benz di Jakarta dan ditawari untuk membuat knalpot mobil Mercy. Agus menyanggupi untuk menangani proses pembuatannya, sedangkan pengadaan bahan dan desainnya menjadi tanggung jawab pemesan.

Selain membuat knalpot untuk Mercy tahun 2008 Agus juga mengirim 50 knalpot perbulan ke Itali. Menurut Agus pabrik dari dua Negara itu sudah tertarik pada knalot produksinya.

Pada pertaengahan 2009 pihak Mercedes kembali mengorder Agus knalpot. Jumlah order mencapai 5000 knalpot. Tapi Agus menolak Lantaran sudah kewalahan melayani permintaan pasar. Selain lebih ribet dan tidak fleksibel, nilai order juga tidak sebanding dengan seluruh nilai pasar. Ia khawatir, kalo menerima pesanan Mercy , pasar yang telah berkembang jadi terbengkalai.

Agus mengaku terus melakukan inovasi. Yang terakhir, ia menciptakan knalpot 2 moncong yang dilebeli merek Vanvolker. Knalpot untuk sepeda motor itu, kata dia, sudah diuji coba bolak-balik antara Pateman dan Purwekerto, sekitar 20 kilometer, dimesin knalpotnya tidak terasa panas. Itu dimungkinkan lantaran Agus menhilangkan sejumlah sekat dalam knalpot berfungsi menghilangkan raungan suara mesin. Padahal, menurut Agus, derum itu bias dihilangkan tanpa harus menambah banyak sekat.


Sumber : majalah GATRA
No.52 Tahun XV 5-11 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar